Georgiana (Keira Knightley) adalah seorang gadis cantik yang dipersunting William Cavendish (Ralph Fiennes), The Duke of Devonshire, di usia yang masih belia. Paras cantik Georgiana menjadikannya pusat perhatian seluruh negeri.
Semula Georgiana mengira pernikahannya dengan William akan menjadi sebuah pernikahan yang berbahagia. Sayangnya ini bukanlah yang terjadi karena ternyata William hanyalah ingin mendapatkan keturunan seorang putra dari Georgiana sebagai pewaris tahtanya. Ia bahkan sama sekali tak mencintai Georgiana dan memperlakukannya layaknya barang yang tak berharga.
Usaha Georgiana untuk memberikan keturunan laki-laki buat William pun agaknya tak mengalami kemajuan karena beberapa kali ia harus mengalami keguguran dan hanya mampu melahirkan dua orang putri buat William. Namun Georgiana tak putus asa dan tetap mencari jalan untuk bisa memberikan seorang putra buat suaminya.
Ketika sedang 'berobat' di Bath, Georgiana bertemu Bess Foster (Hayley Atwell) yang mengaku dilarang menemui anak-anaknya oleh suaminya. Karena kasihan, Georgiana kemudian meminta William untuk mengijinkan Bess tinggal di istana. Celakanya niat baik ini ternyata berbuntut petaka karena Bess dan William kemudian terlibat hubungan asmara.
Georgiana yang kecewa kemudian dekat dengan seorang politisi bernama Charles Grey (Dominic Cooper) dan menjalin hubungan asmara dengan pria ini. Hubungan terlarang ini kemudian berbuntut menjadi persoalan panjang yang akhirnya malah membuat hidup Georgiana jadi semakin rumit.
Meski hanya berdurasi kurang dari dua jam, namun film ini terasa sangat panjang. Saul Dibb, sang sutradara, membuat film yang diadaptasi dari buku karya Amanda Foreman ini bertempo sangat lambat dan terasa lebih panjang dari durasi sebenarnya. Itu bukan tak beralasan. Apa yang diceritakan film ini bukanlah sesuatu yang baru dan bahkan banyak orang yang sudah tahu benar jalan ceritanya dan Saul memutuskan untuk lebih fokus ke masalah visualisasi dan memperkuat penokohan sehingga roh dari kisah ini bisa benar-benar divisualisasikan dengan baik.
Seperti kebanyakan film-film yang berkisah tentang abad ke-18, keindahan memang jadi salah satu kekuatan film ini. Dan dari sisi yang satu itu, film ini sama sekali tak punya masalah. Visualisasi abad ke-18 dengan segala 'ritual' yang lazim di saat itu digambarkan dengan baik oleh Saul. Tak heran jika film ini berhasil meraih tiga penghargaan untuk desain kostum dari BAFTA Awards, Satellite Awards dan yang terakhir dari Academy Awards.
kapanlagi.com
0 komentar:
Posting Komentar