Mereka lantas bersembunyi di hutan dan bersumpah untuk membalas kematian kedua orang tua mereka. Di dalam hutan, Bielski bersaudara bertemu dengan para pengungsi Yahudi lain yang juga bersembunyi dari kejaran Nazi. Waktu berlalu dan kelompok kecil yang dipimpin Bielski bersaudara ini pun mulai menjadi besar.
Suatu ketika, Tuvia berhasil membunuh polisi yang dipaksa tentara Nazi untuk membunuh orang tuanya dan langkah selanjutnya adalah menyerang kamp Nazi. Namun korban jiwa di kalangan kaum Yahudi kemudian membuat Tuvia mempertimbangkan lagi keputusannya untuk melakukan serangan ini. Sayangnya, ini malah menjadi pemicu perpecahan antara Tuvia dan Zus.
Zus yang merasa tak lagi sepakat kemudian memutuskan untuk memisahkan diri dengan membawa beberapa orang yang sejalan dengan dirinya. Zus lalu bergabung dengan para pejuang Rusia yang setuju melindungi kaum Yahudi dengan imbalan bahan makanan yang memang sulit didapatkan.
Beberapa waktu kemudian, tentara Jerman berhasil menemukan lokasi persembunyian Tuvia dan kawan-kawannya serta berencana untuk membantai mereka semua tanpa ampun. Kalah dari sisi jumlah dan persenjataan, pasukan Tuvia memang tak punya kesempatan untuk menang, kecuali ada bantuan dari pihak lain.
Film yang mengambil setting di tahun 40-an ini diilhami oleh kisah yang benar-benar terjadi. Edward Zwick, sang sutradara, menulis ulang naskah film ini yang didasarkannya pada buku yang ditulis oleh seorang ahli sejarah bernama Nechama Tec.
Meski sekilas terdengar seperti sebuah film perang, namun sejatinya film ini lebih banyak menyorot sisi pergulatan di dalam kelompok yang dipimpin Bielski bersaudara. Bagaimana mereka semua mengatasi segala kesulitan yang mereka hadapi termasuk makin menipisnya cadangan pangan mereka. Adegan pertempuran memang ada namun bukanlah menu utama dari film yang berdurasi 137 menit ini. Yang jadi sajian utama di sini adalah usaha kelompok ini untuk bertahan hidup dari ancaman tentara Nazi.
Sayang ada sedikit masalah pada 'permainan emosi' pada film ini. Penonton jadi agak sulit terlibat dengan kondisi mencekam yang seharusnya dirasakan para pelarian Yahudi dalam film ini. Salah satu penyebabnya adalah pemandangan alam yang terasa 'damai' dan seolah tak sinkron dengan kondisi mencekam yang ingin diciptakan. Mungkin dengan sedikit efek pewarnaan maka film ini bisa menimbulkan suasana yang sedikit lebih 'tegang'.
kapanlagi.com
0 komentar:
Posting Komentar